Sate adalah makanan yang umum dijumpai di Indonesia. Kita dapat melihat
banyak penjual sate ayam, sate kambing, dan sate sapi di manapun kita
berada, namun bagaimana dengan sate kuda? Pernahkah anda mencoba keunikan rasa dari sate kuda?
Kemungkinan besar anda belum pernah mencoba sate kuda, wajar saja
karena saat ini masih sangat jarang ada yang menjual sate kuda.
Beberapa hari lalu saya datang berkunjung ke rumah teman saya di daerah Cijerah, Bandung.
Di sore hari menjelang malam, kami yang kelaparan memutuskan untuk
pergi berjalan kaki di sekitar Cijerah untuk makan bakso, namun dalam
perjalanan menuju penjual bakso, kami melihat adanya penampakan sebuah
kios yang menjual sate kuda. Karena kami tertarik untuk mencoba sate
kuda, kami langsung membatalkan niat makan bakso dan segera memesan 10
tusuk sate kuda dan 1 piring nasi.
Tempat penjual sate kuda yang berlokasi di dekat simpang tiga Melong
Asih-Cijerah ini tidaklah besar, hanya terdiri dari 1 ruangan berukuran
sekitar 2×3 meter, dan 1 tempat menyimpan dan memasak sate. Ruangan
kecil tersebut digunakan untuk meja dan kursi tempat pelanggan makan,
namun sayangnya ruang makan ini cukup berantakan, banyak barang
kepunyaan penjual sate yang disimpan di ruangan ini. Sepertinya tempat
ini juga berfungsi sebagai tempat tinggal si penjual sate. Ruangan yang
cukup berantakan tersebut lumayan menyulitkan pelanggan yang makan di
sana karena hampir seluruh meja di ruangan ini penuh dengan barang.
Mungkin karena hal ini lah hampir semua pelanggan yang datang membeli
sate lebih memilih makanannya dibungkus dari pada makan di tempat.
Sambil duduk di kursi plastik, kami menunggu pesanan kami selesai
dibakar. Tidak perlu menunggu lama, pesanan kami selesai dan disajikan
di meja. Penampilan sate kuda
dengan bumbu kacang tidak berbeda jauh dengan sate-sate lain. Menurut
cerita-cerita orang, rasa sate kuda mirip dengan sate sapi, bahkan ada
juga yang mengatakan bahwa sate kuda lebih enak dari pada sate sapi.
Untuk membuktikannya, kami langsung melahap sate kuda itu. Menurut
pendapat pribadi saya, rasa sate kuda berbeda dengan sate sapi. Sate
kuda memiliki rasa yang unik dan lembut, namun saya tetap lebih menyukai
sate sapi.
Selain sate, tempat ini juga menjual gepuk kuda. Harga sate kuda
adalah 1800 Rupiah setiap tusuknya, gepuk kuda 9000 Rupiah, dan nasi
putih 3000 Rupiah untuk 1 piring. Di sini juga disediakan air minum
gratis berupa air putih. Sembari membayar sate yang dibeli, penjual sate
bercerita bahwa dia telah berjualan sate dan gepuk kuda selama hampir
10 tahun lamanya, dan dia juga pernah masuk TV 2 kali yaitu di Trans TV
dan ANTV, berkat sate kudanya.
Sate kuda tidak hanya enak, namun juga mengandung gizi tinggi dan
rendah kolestrol. Selain itu sate kuda juga dipercaya dapat membantu
menyembuhkan banyak penyakit seperti diabetes dan asma. Promosi lain
tentang sate kuda adalah bahwa sate ini dapat bermanfaat secara khusus
pada kaum pria.
Dalam cerita, sumber kekuatan Patih Gajah Mada adalah dari makanannya
yang berupa daging kuda. Selain itu, kuda juga selalu menjadi simbol
kekuatan dalam banyak produk. Apakah mitos ini benar? Buktikan saja
langsung dengan cara menyantap sate dan gepuk kuda secara rutin di dekat
simpang tiga Melong Asih-Cijerah, siapa tahu anda bisa jadi sekuat
kuda!